Azilmi Lukmanul Hakim

Hal terbaik yang dapat kita lakukan adalah pada saat kita dapat mengerti dan menerima dalam suatu keadaan. Hal terbaik datang dari jiwa dan semangat yang kuat. Hal terbaik yang dapat kita lakukan hanya untuk Tuhan, Bangsa dan Negara Indonesia

Karakter (2)

Yang kedua, Universitas sebagai lembaga/organisasi/wadah/ yang berperan membentuk karakter mahasiswa. Setiap tahun nya diperkirakan setiap universitas akan menerima sekitar 3000-5000 mahasiswa baru, dengan keberagaman yang berbeda, karakter dan identitas yang berbeda yang mereka bawa dari dunia sma sebelumnya. Perlu digaris bawahi, hanya dalam satu tujuan yaitu menghasilkan output mahasiswa yang memiliki karakter dan kemampuan secara akademik yang sangat berkualitas dalam menghadapi dunia kerja/industri, dan dengan harapan besar kemampuan terbaik tersebut dapat menjadi sumbangsih terbesar besar dalam membangun Indonesia dikemudian hari tentu diperlukan pengawasan yang extra ketat dalam program pembentukan karakter yang tepat.

Dalam hirarki nya, universitas terbagai menjadi 3 kelembagaan birokrat terbesar, yang dimana Universitas sebagai Top Layer, Fakultas sebagai Middle Layer, dan Program Studi sebagai Low Layer nya.

Dalam perancangan program pembentukan karakter yang tepat, pihak yang paling berwenang dalam menetapkan standar program secara birokrat harus dapat merumuskan secara tepat berdasarkan karakter yang akan dibentuk dan diciptakan agar sesuai dikemudian hari, keberagaman antar Fakultas dibawah kelembagaan Universitas memiliki perbedaan karakter yang khas dan kokoh, seperti dalam satu Universitas yang memiliki 6 fakultas misalnya, Teknik, Bahasa dan Seni (mungkin biasanya terpisah), Ekonomi dan Bisnis, Pendidikan, MIPA, Olahraga, dan fakultas lain nya pada umum nya seperti Kedokteran, Hukum, Pertanian, Pertambangan, dsb. Setiap Fakultas tersebut memiliki kebutuhan karakter yang khas dan akan menghasilkan karakter yang khas, analisa tepat yang mendalam akan membuat tujuan pencapaian tersebut berhasil, mendapatkan input dan menghasilkan output yang diharapkan berdasarkan program pembentukan karakter yang telah dirancang dan ditetapkan tidak luput dari program pengawasan yang ketat.

Merunut kebawah, khas nya karakter setiap fakultas tentu harus disesuaikan dengan setiap program studi yang ada dibawahnya, sama hal nya dengan keberagaman fakultas, keberagaman program studi pun akan menuntut penetapan program yang tepat dalam perancangannya karena setiap program studi pun memiliki keberagam tersendiri namun masih dalam satu konteks yang luas dalam lingkungan yang terbatas. Pada contohnya seperti pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis, yang dibawahnya terdapat program studi Manajemen (non-dik), Akuntansi (non-dik), Pendidikan Akuntansi, Pendidikan Manajemen Bisnis, Pendidikan Manajemen Perkantoran, Pendidikan Ekonomi, dan Pendidikan Ekonomi Syariah.

Perbedaan antara program studi non kependidikan dan pendidikan tentu memiliki suatu karakter yang berbeda, antara program studi Manajemen dan Akuntansi pun memiliki karakter yang berbeda, dimana output yang dihasilkan akan memiliki peranan yang berbeda pula, sama hal nya dalam konteks program studi kependidikan, antara setiap program studi pun memiliki hal yang berbeda.

Dalam penetapan program pembentukan karakter dalam dunia universitas sama hal nya dengan analogi penggunanan kaos, bagi laki-laki tentu dapat menggunakan seluruh kaos untuk laki-laki, begitupula dengan perempuan. Laki-laki kurus dapat menggunakan kaos untuk laki-laki bertubuh gemuk, namun akan longgar dan bagi laki-laki gemuk mungkin dapat menggunakan kaos bagi laki-laki kurus, namun akan ngetat atau bahkan tidak dapat masuk. Lain hal nya dengan kaos yang didapatkan dengan cara berusaha, model, warna dan ukuran nya akan dikenakan dengan sesuai.

Maka dari itu program pembentukan karakter A bukan tidak dapat diterapkan pada B, begitu pula sebaliknya, namun program pembentukan karakter A akan sesuai untuk A dan program B akan sesuai pada B, begitu pula seterusnya.

Nilai resiko yang ditimbulkan dari pola yang kedua memiliki nilai yang lebih kecil dibandingkan dengan pola yang pertama, karena pola pembentukan karakter oleh universitas secara sederhana tidak bersinggungan secara langsung dengan manifestasi politik dunia luar, standar mutu akademik telah didadaptkan dari seleksi masuk nasional, otoritas program studi sebagai lembaga terendah dalam hirarki birokrasi universitas memiliki kewenangan peranan terbesar dalam perencanaan, penetapan, pelaksanaan, pengawasan, pengukuran dan penilaian akhir terhadap program dan mahasiswa yang bersangkutan.

Kesesuaian tersebut tidak terlepas dari satuan unit standar mutu yang telah dirancang, menurut fenomena fenomena yang saya perhatikan 5 tahun silam ini, pola kedua ini dirasa paling tepat berdasarkan analisa resiko yang ditimbulkan dan besaran raihan nilai output yang diharapkan, namun keberhasilan pola kedua ini dalam program satu tahun hingga program 4 tahun memerlukan proses pelakasanaan yang harus diawasi secara sangat ketat, dari mulai perencanaan, penetapan, pelaksanaan, pengawasan, pengukuran dan penilaian akhir.

Tercapainya program pendidikan karakter terbaik tentu harus sejalan dengan kesediaan sebuah program studi dalam menjalankan sistem tersebut karena akan memakan waktu dan menyita fikiran yang besar dalam proses pelaksanaannya.

selanjutnya keberhasilan pelaksanaan program pendidikan karakter oleh universitas bagi mahasiswa tidak hanya dapat terwujud berkat kerja keras fakultas dan program studi saja, namun ormawa lah yang menjadi vital point dalam pelaksanaan program tersebut dilapangan.

Yang untuk selanjutnya kerjasama antara suatu ormawa dan program studi akan dibahas pada tulisan selanjutnya

Semoga bermanfaat

Salam

Azilmi 12, April 201

Karakter (1)

Sejak lama saya tertarik mengamati pola-pola pengembangan karakter dan dinamika yang terjadi disekitarnya, secara sederhana yang selalu membuat saya tertarik dimana singgungan jenjang dunia pendidikan pada khusus nya tingkat Universitas (jenjang D3 โ€“ Ahli Madya dan S1 โ€“ Sarjana) yang menjadi jembatan bagi dunia kerja dikemudian hari. Secara umum pendidikan karakter sedianya sudah mulai terbentuk sejak pendidikan anak usia dini hingga ke tingkat pendidikan akhir, namun tugas penting di tingkat Universitas lah yang seharusnya membentuk dan mengembangkan para siswa tersebut agar siap dan kokoh menjadi siswa terdidik yang siap terjun untuk membangun bangsa, terlepas dari peranan lingkungan terkecil (keluarga) yang turut serta sebagai pengawas pembentukan karakter.

Dua hal yang menurut saya menjadi polemik terbesar dimana; 1. Universitas sebagai sarana pengembang karakter, 2. Universitas sebagai pembentuk karakter

Demi mewujudkan keberhasilan pembangunan Indonesia yang lebih baik dimasa yang akan datang, terlepas dengan dicanangkannya program pemerintah A, B, C dan seterusnya untuk memantapkan pembangunan nasional, kesadaran ini tidak hanya bisa disadari oleh pemerintah, birokrat dunia pendidikan hingga kepada mahasiswa yang bersangkutan. Dalam lingkungan kecil yang dimana sayapun terlibat dalam keseharian nya berdasarkan observasi dan keterlibatan didalam nya selama 5 tahun terakhir, saya kira banyak bagian/elemen yang masih belum menyadari betapa penting nya fungsi pendidikan, pembentukan dan pengembangan karakter mahasiswa.

Hal yang pertama, universitas sebagai lembaga/organisasi/wadah pendidik memiliki peranan sebagai sarana pengembangan karakter kepribadian mahasiswa tidak hanya cukup mencanangkan dan menetapkan program mutu berdasarkan kurikulum dan kompetensi akademik, tanpa pengawasan dalam keberlangsungan program tersebut dilapangan, tapi seharusnya menerapkan suatu standar mutu berkelanjutan yang dimana program, pelaksanaan dan pengembangannya diawasi secara penuh berdasarkan standar dan tujuan yang telah ditetapkan.

Hal tersebut tentunya akan berjalan dengan baik, yang dimana dengan catatan besar, mahasiswa tersebut memang sudah memiliki bentuk karakter yang unggul yang sudah dibawanya dari jenjang pendidikan sebelumnya. Dalam konteks yang luas, terlepas hal-hal yang terkait dibelakang meja dan diatas program kesejahteraan kepegawaian dan keluarganya, setiap mahasiswa yang telah lulus masuk melewati tes seleksi masuk mandiri, seleksi nasional masuk ptn, dan program beasiswa, mereka dinyatakan unggul berdasarkan hasil pencapaian nya, yaitu pencapaian siswa tersebut masuk ptn/pts berdasarkan standar minimum nilai akademik yang ditetapkan dalam ujian masuk tersebut, yang harus ditempuh melalui suatu sistem ujian akademik secara nasional, maka siswa tersebut dinyatakan unggul secara akademik apabila mampu lulus dibandingkan siswa lainnya yang gagal masuk pada ujian tersebut. Unggul secara akademik, apakah unggul pula secara karakter?.

Seperti yang telah diketahui bersama, dimana keberagaman nilai standar masuk yang ditunjukan dengan cluster, keberagaman kriteria minimum, dan keberagaman output jenjang sekolah menengah akhir akan menjadikan pula keberagaman output akhir jenjang pendidikan universitas, ada nilai tingkat signifikansi yang dihasilkan antara linier nya output jenjang sma, kriteria dan nilai standar minimum masuk ptn terhadap output ptn, ada pula nilai pengaruhnya, meskipun hanya dapat diukur melalui kajian statistik.

Perbedaan nilai standar minimum masuk universitas A, B, C dan seterusnya, perbedaan antara nilai standar minimum institute A, B, C, dan seterusnya, perbedaan antara Universitas, Institut, dan Politeknik pun menjadikan keberagaman output akhir mahasiswa dalam menghadapi dunia kerja, keberagaman tersebut pula yang menjadikan pembangunan yang beragam dan tidak merata, keberagaman tersebut pula yang menjadikan Indonesia sebagai Negara yang luas ini yang terdiri dari sejumlah pulau besar dan sejumlah besar pulau kecil, berjuta penduduk Indonesia dalam menghadapi masa depan yang tidak menentu semakin beragam. Pernyataan tersebut dalam urutan hirarki tertinggi dunia pendidikan, dunia Universitas.

Merunut kebawah, keberagaman tersebut terjadi pula pada jenjang sekolah menengah akhir, terus turun kepada jenjang sekolah menengah pertama, dan turun lagi kepada jenjang sekolah dasar, ini akan terus berputar seperti mata rantai yang membentuk cycle yang khas, yaitu kualitas dan karakter pendidikan di Indonesia.

Sebuah keputusan paling solutif yang dicanangkan oleh pemerintah dalam meminimalisir hal tersebut adalah dengan menetapkan Ujian Nasional dan SNMPTN, namun lihat keberlangsungannya dalam 6 tahun terakhir berjalan, ketetapan dan peraturan yang terus berubah sejalan dengan keberatan-keberatan siswa dan orang tua nya, keberatan beban yang ditanggung oleh setiap guru nya, ini menjadikan pemerintah tidak menentu arah standar mutu ny. Tujuan nya hanya satu saya kira, menghasilkan lulusan dengan satu standar mutu secara nasional yaitu dengan satu standar nilai akademik nya, secara karakter?.

Kita tidak dapat menutup mata dan menutup telinga, memang saya tidak melakukan survey kepada seluruh peserta didik yang mengikuti ujian nasional yang jumlah nya ada jutaan setiap tahunnya, saya pun tidak dapat melakukan survey tersebut pada ribuan sekolah pada satu tahun ujian, tapi sebagai mahasiswa yang pernah mengikuti ujian nasional sebagai siswa pada tahun 2009, saya kira persentase siswa yang mengerjakan dan mendapatkan hasil 100% dari hasil keringat, disiplin dan kerja keras sendiri selama 3 tahun mengenyam dunia pendidikan tidak lebih dari 50%.

Hal tersebut akan terus berputar dari tatanan jenjang pendidikan sma hingga ke jenjang sekolah dasar.

Lantas dimana letak kekurangannya?, para professor dan doctor duduk dijajaran kursi pemerintahan, khususnya pada kementrian pendidikan apakah mereka salah dalam merumuskan dan menetapakan program dan kurikulum nya?, sangat tidak tepat menyalahkan mereka, lantas akan menyalahkan kurang nya tenaga ahli dunia pendidikan?, berapa juta mahasiswa setiap tahun nya yang lulus dari suatu universitas?, masih kurang?,

Ketetapan tersebut hanya berkaca pada satu sisi yaitu akademik, lantas pada sisi karakter?,

Hal ini sangat kompleks, telah terjadi kekurangan yang melekat dan menjadikan hasil yang berdampak secara sistemik, terus berputar dalam cycle tersebut, telah terbentuk sistem kekurangan tersebut dalam mata rantai yang tidak terputus. Bila ini terus terjadi bagaimana dengan pembangunan Indonesia?. Begitupula dengan catatan besar, seluruh lulusan akademisi memang dipersiapkan dengan visi untuk membangun Indonesia dimasa yang akan datang, untuk NKRI dan hanya untuk NKRI.

Akademik dan Karakter bagaikan sebuah belati, yang tajam pada kedua sisi seharusnya, bila satu sisi saja yang diasah, lantas?, pembangunan yang lambat, kesejahteraan menurun, kriminalitas yang meningkat, dan hal lain yang tidak ingin terjadi lain nya, ini sangat kompleks.

Kompleksitas dunia pendidikan ini sangat unik seiring dengan animo legislatif yang pada beberapa hari yang lalu para partai politik berlomba berebut kursi pemerintahan, sejumlah besar orang dari berbagai latar belakang berebut mencari simpati public, menggelontorkan sejumlah besar dana untuk kampanye, padahal satu contoh masalah yang selalu bersinggungan setiap hari nya dan sangat kompleks ada dihadapannya. Mungkin bagi mereka hal tersebut sangat mudah untuk diselesaikan, dan setiap 5 tahun sekali mungkin setiap orang juga berfikir mudah untuk menyelesaikan problematika-problematika tersebut, sekarang 2014, 3 kali periode pemilu pasca reformasi, ada yang berubah menjadi semakin baik dari yang telah baik?.

Maka dari itu, apakah sudah cukup bagi Universitas sebagai sebuah lembaga/organisasi/wadah yang berfungsi sebagai pengembang karakter mahasiswa nya?.

turnover

Sudah hampir kurang dari 2 tahun lamanya saya tidak kembali kesini, sesaat sebelum memutuskan kembali saya coba membaca-baca ulang terhadap apa yang telah saya tuliskan disini, banyak hal yang menarik, beberapa mengingatkan kita terhadap satu dan lain hal ketika saya sedang dan berada di suatu ‘ruang’, dan beberapa mengingatkan saya dalam suatu keadaan proses belajar merangkak hingga mungkin saat ini saya sudah dapat berdiri tegap. banyak sekali yang sudah dilalui selama perjalanan hampir 2 tahun ini, banyak hal baru yang saya temukan, banyak hal baru yang membuat saya belajar agar lebih baik lagi, banyak hal yang membuat saya belajar untuk mengerti, tidak sekedar mengerti, tapi memahami lebih dalam agar kita menerima sehingga tercipta sistem dalam ‘mengerti’ tersebut.

Dalam perjalanan dua tahun ini saya banyak menemui hal baru yang menempa saya agar lebih baik lagi, lebih baik dalam artian dan batasan saya dapat mampu berada dengan baik dalam lingkungan sosial masyarakat, lebih baik dalam berusaha untuk memberikan hal yang terbaik yang mampu saya lakukan dalam berbakti dan mengabdi kepada bangsa dan negara.

Tempaan terbaik adalah yang dapat menyadarkan kita untuk tetap berada dalam jalur berfikir yang baik, tempaan yang tepat juga menjadikan kita kuat dalam karakter dan identitas diri kita

Terima kasih untuk alam yang banyak menempa saya dengan keras, terima kasih untuk teman-teman sebagai penanda dan pertanda untuk mengingatkan saya agar lebih baik lagi

Dalam rasa syukur, Bandung 4 April 2014

salam hangat, azilmi

Minal Aidzin Walfaidzin

Minal aidzin Walfaidzin, mohon maaf lahir dan bati.

Akhirnyaย  setelah 40 hari menjalankan KKN dan termasuk di dalam nya bulan ramadhan selama 30 hari ini, berakhir nya sudah dengan datang nya hari nan suci dan fitrah ini, kami segenap keluarga besar Azilmi Lukmanul Hakim mengucapkan mohon maaf yang sebesar-besar nya, mohon maaf lahir dan batin ๐Ÿ™‚

salam

azilmi

Fotografi 2# – hargai setiap Jepretan yang kita lakukan

Menyambung post sebelum nya mengenai Fotografi, bisa dikatakan saat ini saya mulai menekuni dunia Fotografi secara dalam, kenapa ya?, ya saya hanya ingin memiliki foto-foto unik dan keren di setiap moment yang saya lalui, bahasa Fotografi dan Fotografer Profesional nya sih ‘Perfect Exposure’. setelah 4 Tahun mengenal Foto secara dekat, namun hanya mengenal nya begitu saja bukan lebih dalam, berawal hanya dari kamera pocket saya mencoba jeprat-jepret mengabadikan setiap moment yang saya lalui, hingga sekitar 6 bulan saya mencicipi sebuah kamera yang bisa saya katakan canggih yaitu Canon EOS 1000D dan kamera tersebut berakhir di meja penjualan yang niat awalnya ingin saya tukar tambah dengan Nikon 90D, tapi uang nya belum cukup untuk membeli sang Legend Nikon ๐Ÿ˜ฆ

awal mula saya ‘kesambet’ ingin menekuni dunia Fotografi berawal dari kegiatan yang sedang saya jalani hingga tanggal 26 Agustus nanti di salah satu mall di Bandung, ya mall yang bisa saya katakan mall terbesar untuk kategori Elektronik dan Gadget di Jawa Barat ini, saya memiliki kesempatan beberapa kali menjempret kegiatan yang sedang berlangsung tersebut dari kamera EOS 1000D punya bos ku, disana rasa ingin mendalami fotografi terus bertambah hingga pada akhir nya saya ngobrol dengan sahabat saya mengenai Fotografi dan dia dengan baik hati meminjamkan kamera analog nya ๐Ÿ™‚

Dengan bermodalkan kamera analog hasil pinjaman dan semangat juang yang tinggi, saya langsung mempelajari beberapa basic dari fotografi yang saya kira akan sangan berguna ketika saya menggunakan kamera tersebut, seperti aperture, shutter speed untuk menghasil kan exposure, tanpa berlama-lama saya langsung hunting ke esokan harinya di temani rekan saya dengan kamera Lomo LCA-A+ nya, saya berkunjung ke sebuah Taman Djuanda, ya orang Bandung sih lebih mengenal dengan nama Dago Pakar, disana saya menghabiskan waktu untuk hunting foto untuk uji coba kamera Analog tersebut, di temani dua buah roll film Lucky BW dan Colour ASA 200. 72 jepretan pun saya lakukan sampai habis dan saya langsung cuci scan untuk melihat bagaimana hasil nya, namun sayang hasil jepretan saya baru bisa saya nikmati hari Selasa nanti, karena di bandung jarang sekali tempat yang bisa cuci scan untuk Film BW ๐Ÿ˜ฆ insya alloh Selasa nanti akan saya tunjukan baik dan buruk nya hasil jepretan pertama saya dengan dua buah roll pertama saya, mudah-mudahan tetap ada hasil nya walaupun jelek, karena ini akan menjadi kenangan tersendiri dalam masa pembelajaran pertama saya ini.

Kamera Analog, Fotografi dan Proses Pembelajaran

Sebagai pemula yang sedang ‘on fire’ belajar, dan tidak punya modal yang memumpuni untuk menggenggam kamera DSLR bukan berarti adalah Kiamat bagi saya untuk belajar Fotografi, dan saya harap bagi anda semua yang tertarik mempelajari Fotografi dan bergelut di dunia Fotografi setuju akan hal ini. Ya, memang Fotografi dan foto-foto yang memiliki hasil yang luar biasa di tunjang juga dari kebutuhan serta perangkat-perangkat fotografi nya, seperti Lensa yang beragam yang dapat menghasilkan hal yang beragam pula, Lighting yang memumpuni, serta peralatan lainnya. Banyak imbuhan-imbuhan yang mendeskripsikan dunia fotografi, mulai dari Foto itu hasil 80% Tangan, 10 % Alat dan 10% Pengalaman, hingga persepsi-persepsi lainnya, kalau hari ini sih saya mah mau mengannut faham saya sendiri, yaitu

Foto dihasilkan oleh : 10% Teori, 15 % Alat, 30% Pengalaman dan 45% izin Tuhan.

Itulah faham yang saya anut saat ini dengan ilmu dan alat yang seadanya saya miliki, lalu kenapa izin Tuhan?, ya karena setiap moment, cahaya dan gelap nya bumi ini hanya milik tuhan ๐Ÿ™‚

saat ini, banyak orang yang beruntung dapat memperdalam Fotografi dengan mudah nya, dapat membeli Gear bagaimanapun dengan mudahnya, dan bagi orang yang tidak beruntung bagi saya,ย  ini bukan akhir dari segalanya, sebagai solusi bila kita belum bisa cicip-cicip kamera Digital saya menggunakan kamera Analog terlebih dahulu, kamera Analog saat ini yang beredar di peredaran pasar Fotografi yang saya tau ada 5 jenis, Pocket, Polaroid, Lomo, Rangefinder, dan Analog SLR, dan rata-rata kamera tersebut masih bisa kita jumpai dari harga 300rb hingga 1.5jt rupiah, ya memang untuk model-model tertentu kamera analog ini masih tembus di harga 62jt ๐Ÿ˜ฆ seperti tipe Hexar nya Leica ๐Ÿ˜ฆ , sebenar nya untuk menghasilkan sebuah foto yang terpenting ada Kamera dan Media penyimpanan nya. Sebuah tantangan besar datang ketika kita menggeluti dunia Fotografi menggunakan kamera Analog, berbeda dengan kamera digital setiap pengaturan tinggal ceklak-ceklek rubah atau pijit beberapa tombol langsung jadi hingga kita bisa input konfigurasi kita, semua serba digital dan ya memang tidak bisa kita pungkiri memang hasil nya bagus dan memang perkembangan Teknologi terus berkembang di dunia kita ini.

Namun, Fotografi Analog ini memilki suatu hal yang menarik, yaitu kita memotret dengan kamera yang masih menggunakan film, benar-benar kita harus mendapatkan ‘keberuntungan’ yang tepat juga, karena ketika gambar yang kita ambil gagal, kita tidak bisa menghapusnya, selain itu kita tidak bisa melakukan pengaturan secara otomatis, semua perhitungan dilakukan secara manual, mulai aperture, shutter speed, zoom, cuaca dlsb yang belum saya ketahui lagi secara dalam, dan dengan hanya bermodalkan 36 frame di setiap film nya akan membuat kita semakin tertantang untuk menghasilkan gambar-gambar maksimal di setiap frame nya, sulit?, ya memang sulit, tapi kalau belajar dengan yang mudah sih apakah ‘sense feeling’ Foto kita akan terasah dengan tajam?, bisa iya bisa juga tidak tergantung bagaimana kita mempercayai nya hehe ya mudah-mudahan setelah menekuni dunia fotografi Analog dan mulai bertransisi ke dunia Fotografi digital saya sudah siap

mudah-mudahan rekan-rekan yang setuju dan tidak setuju pun bisa berpendapat sesuai apa Fotografi yang di anut nya, dan bagi rekan-rekan yang ingin belajar dan memperdalam dunia fotografi jangan jadikan ‘Gear’ sebagai batasan dan pembatasan kita untuk bereksplorasi dan terus belajar, yang penting niat dan kemauan untuk belajar nya

mari hargai setiap Jepretan yang kita lakukan, dan terus abadikan setiap moment yang kita dapatkan

Fotografi 1# – Mari abadikan setiap moment kita!

Fotografi, saya kira ini bukan hal yang asing lagi bagi seluruh penggemar dunia seni keindahan, bukan hanya itu saya kira Dunia Fotografi saat ini sudah merupakan salah satu elemen kehidupan. Foto dan Fotografi memiliki keunikan tersendiri saya kira, setiap orang memiliki pemahaman dan definisi yang berbeda mengenai Fotografi dan Foto, ya seni memang tidak bisa di definisikan secara pasti, setiap orang memiliki penilaian yang berbeda-beda akan Seni, khusus nya di Foto dan dunia Fotografi. Dunia Fotografi tersendiri saya kira merupakan salah satu sub-bidang dari belasan bidang Kreatifitas berdasarkan data yang beredar di jagat dunia internet ini. Sebenernya sudah sekitar 4 tahun kebelakangan ini saya tertarik akan dunia fotografi, tapi belum pernah mendalami secara langsung maupun tidak langsung, saya hanya menggunakan Fotografi dan Foto hanya untuk mengabadikan setiap moment-moment yang saya lalui, yah memang bisa terbilang narsis kalau kata para penghuni abad ini, tapi ya mau bagaimana lagi memang setiap moment yang kita lalui adalah hal yang sangat berharga dan tidak mungkin sama sekali terulang sangat spesifik untuk kedua kalinya ๐Ÿ™‚ apakah anda merasakan hal yang sama?

Ya seperti yang telah saya ungkapkan sebelum nya, Seni, Foto dan Fotografi memang sebuah karakter yang unik, dan setiap orang memiliki hal yang berbeda dalam mendefinisikannya, seperti yang saya pergunakan dalam kehidupan sehari-hari selama ini, saya menggunakan Foto dan Fotografi hanya untuk mengabadikan moment-moment yang hanya terulang sekali seumur hidup, karena saya yakin hal yang sama tidak akan pernah terulang secara spesifik kedua kalinya, misalnya hari ini hari Senin 22 Agustus 2011, tahun depan memang masih ada 22 Agustus, tapi tahun 2012 dan jatuh nya tidak hari senin, hari ini saya seorang Mahasiswa yang doyan tidur dan mengerjakan hal-hal malas yang tidak pernah orang lain malaskan, dan belum tentu 22 Agustus tahun depan saya masih bisa melakukan hal yang sama dengan rutinitas yang sama, karena masa depan hanya Tuhan lah yang mengetahui nya. Banyak hal Indah yang kita lakukan setiap hari nya, begitu pula dengan moment-moment Bahagia, Sedih, Sakit Hati dan hingga moment-moment luar biasa yang mungkin hanya kita yang beruntung mendapatkannya, setiap manusia memiliki ingatan yang baik, proses manajemen diri serta daya ingat yang baik, tapi pasti kecil nya kita akan lupa beberapa hal yang sadar tanpa sadar kita lupakan begitu saja.

Lantas apakah kita akan melupakannya begitu saja?,tergantung apakah anda setuju atau tidak, yang jelas moment berhaga yang saya lalui setiap hari nya harus saya abadikan, kalau kata orang sunda mah “Caritaeun jang anak-cucu” ๐Ÿ˜€ mudah-mudahan setiap hal berharga baik positif dan negatif yang saya dapatkan dapat terus saya abadikan, apalagi proses pengabadian setiap moment yang kita dapatkan dan lalui sebenarnya bukan hal yang sulit kita lakukan, kamera sudah terjual banyak di pasaran dengan kualitas yang sudah sangat memenuhi kebutuhan standar hingga kebutuhan bagi para profesional, hingga benda yang selalu kita jinjing kemana-mana yaitu handphone saja sudah hampir seluruh nya memiliki kamera.

mudah-mudahan anda setuju dengan apa yang saya maksudkan disini, dan mudah-mudahan anda pun bersedia untuk mengabadikan setiap moment yang anda lalui ๐Ÿ™‚

berkenalan dengan Berpikir Kreatif ( Creative Thingking ) – #1

Sebagian besar pola fikir yang di dapatkan dari pendidikan formal adalah keterampilan berfikir analisis dalam memahami sebuah klaim, mengikuti dan menghasilkan pemikiran dari argumen-argumen yang logis, mecari jawaban praktis, mengeliminasi jawaban-jawaban yang salah dan berfokus pada satu hal yang sudah dianggap benar pada umum nya. Namun selain itu, masih ada cara lain dalam berfikir, yaitu melakukan eksplorasi-eksplorasi terhadap ide, menghasilkan kemungkinan-kemungkinan dalam menghasilkan jawabam, mencari jawaban yang benar tapi tidak bergantung pada satu jawaban saja yang benar. Kedua jenis cara berfikir tersebut merupakan dua hal yang sangat penting dalam dunia saat ini dan tidak dapat dipisahkan.

Dalam sebuah kegiatan, seperti dalam memecahkan masalah, kedua jenis cara berfikir tersebut merupakan suatu hal yang sangat penting. Pertama kita harus melakukan analisis-analisis terhadap masalah yang ada, lalu kita harus dapat menghasilkan kemungkinan-kemungkinan yang ada sebagai sebuah solusi untuk menyelesaikan masalah tersebut, selanjutnya kita harus memilih dan mengimplementasikan solusi terbaik untuk menyelesaikan masalah tersebut dan pada akhirnya, kita harus mengevaluasi solusi yang paling efektif dalam sebuah efektifitas dalam menyelesaikan masalah tersebut. Sepertiย  yang dapat anda lihat, proses ini mengungkapkan sebuah proses dimana proses berfikir kreatif dan kritis, bekerja secara bersamaan.

Apakah Kreatifitas?

An Abillity. Definisi sederhana dalam mengartikan kreatifitas yaitu sebuah kemampuan untuk membayangkan, mengeksplorasi dan menemukan suatu hal yang baru, namun bukanlah sebuah kemampuan untuk menghasilkan sesuatu yang diluar kehendaknya (karenga hanya tuhan yang bisa), kreatifitas juga merupakan sebuah kemampuan untuk menghasilkan ide-ide yang baru dengan menggabungkan, mengubah atau memperbaharui ide-ide yang ada. Beberapa ide kreatif yang dihasilkan dan sangat brilian didapatkan dari proses-proses tersebut, ide-ide baik yang dihasilkan semuanya melalui tahap kreatifitas, namun sayang nya masih banyak orang yang belum mengerti akan penting nya kreatifitas tersebut dalam menghasilkan sesuatu hal yang luar biasa.

belive it or not, setiap orang telah memiliki kreatifitas substansial secara bawaan dari sejak mereka lahir. Pertama dapat kita lihat saja bagaimana anak-anak dapat melakukan hal-hal kreatif seperti menggambar pada sebuah dinding rumah kita, memainkan mainan-mainan kecil nya hingga memainkan game pada sebuah perangkat. Hal yang sangat disayangkan adalah pada saat mereka dewasa, kreatifitas mereka terhalang oleh hasil pendidikan-pendidikan formal yang dilalui nya selama bertahun-tahun, namun kreatifitas tersebut masih tetap ada dan dapat dibangkitkan kembali seiring dengan sejauh mana kreatifitas tersebut dibutuhkan bagi individunya. Pembangunan ulang dan pengembangan akan kreatifitas yang ada namun telah tertidur dan tidak terasah secara langsung dapat dilakukan dengan sebuah komitmen dalam mengembangkan kreatifitas tersebut serta mau meluangkan waktu nya untuk berlatih untuk kreatifitas nya.

An Attitude. Kreatifitas juga merupakan sebuah sikap, yaitu sebuah kemampuan untuk menerima perubahan dan pembaharuan terhadap diri nya sendiri dan lingkungannya, kemauan untuk memainkan dan mengaplikasikan ide-ide baru dan kemungkinan-kemungkinan baru atas ide-ide yang dihasilkannya, fleksibilitas dalam gaya pandang, kebiasaan menikmati hal-hal positif, sambil terus berupaya untuk mengembangkan setiap kemampuannya

A Process. Orang-orang yang kreatif adalah orang yang mau bekerja keras dan terus melatih kemampuannya, berlatih untuk meningkatkan ide dan solusi-solusi yang berkualitas dalam memecahkan berbagai permasalahan, dengan membuat perubahan-perubahan secara bertahap dan memperbaiki setiap karya-karya nya. Orang-orang kreatif pun dapat menghasilkan sesuatu yang luar biasa pada sebuah karya nya dengan hanya melakukan sedikit tindakan meskipun dalam aktifitas-aktifitas padat nya dalam keseharian. Jauh lebih dekat, pada konsepsi bisnis, para perusahaan terus melakukan pengembangan-pengembangan dalam metodologi bisnis nya dengan mengambil pengalaman-pengalaman dari setiap karakter unik disetiap investor yang terlibat dalam pasar bisnis nya, sehingga perusahaan pun terus bereksplorasi dalam menghasilkan sesuatu yang luar biasa bagi bisnis nya

orang yang kreatif pun tahu bahwa selalu ada ruang untuk memperbaiki diri di setiap kesempatannya.